Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Information Processing Dalam Pembelajaran SKI

INFORMATION PROCESSING SKI

A.     Latar belakang

Kemajuan teknologi yang pesat menjadikan informasi dengan mudah dapat diakses. Secara tidak langsung, kemajuan teknologi mempengaruhi setiap individu dalam melakukan proses belajar. Begitu juga pengalaman yang didapat dari lingkungan, peserta didik berperan besar dalam pemahaman materi pelajaran. Sehingga peserta didik bisa menggunakan otaknya untuk memproses informasi yang dia dapatkan.

Otak adalah organ penting yang unik pada diri manusia. Pengalaman belajar akan membentuk kognitif personal. Secara garis besar otak memegang peran utama dalam pemaknaan yang diperoleh peserta didik dari pembelajaran. Lingkungan juga ikut berperan dalam mengolah pemahaman peserta didik. Umpan balik dibutuhkan oleh otak untuk melakukan aktivitas sehingga tercapai hasil belajar yang memuaskan dan berkualitas. Umpan balik dalam pembelajaran ini bermanfaat dalam perkembangan otak untuk memecahkan masalah.

Apabila berbicara mengenai otak manusia yang luar biasa dan cara kerja yang menakjubkan, maka tentu akan berhubungan dengan ingatan dan memory. Pendidik adalah figur yang memiliki peluang besar dalam menerapkan dan mempertahankan memory dan ingatan pada peserta didiknya. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, ada sebuah pendekatan dalam belajar yang mengutamakan berfungsinya memory yaitu Information processing. Dan berikut kami akan membahas tentang pendekatan information processing dalam pembelajaran SKI.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan Pendekatan Information Processing Dalam Pembelajaran SKI itu?
2.      Apakah yang dimaksud dengan Pendekatan Information Processing SKI Dalam Pembelajaran Ta’dib itu?
3.      Bagaimana Pendekatan information processing dalam pembelajaran SKI di TK/RA?
4.      Bagaimana Pendekatan information processing dalam pembelajaran SKI di MI?
5.      Bagaimana Pendekatan information processing dalam pembelajaran SKI di MTs?

TUGAS KELOMPOK

Nama     :           Rif’atunNafi’ah
NIM       :           112747

A.      Psikologi Pendekatan Information Processing DalamPembelajaran SKI
Pendekatan Information Processing (pemrosesan  informasi) adalah psikologi kognitif di mana anak mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Menurut pendekatan ini, anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks. [1]
MenurutRobert. M. Gagne, belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.Gagne jugamenyatakan bahwa  belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa  eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi). [2]
Dalampembelajaran information processingterjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dan juga terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
 Berdasarkan kondisi internal dan eksternal ini, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi, yaitu sebagai berikut :
1.    Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai informasi.
2.    Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
3.    Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.[3]

Menurut Robert S. Siegler ada tiga karakteristik utama pendekatan pemrosesan informasi, yaitu :
1.         Proses Berpikir
Siegler berpendapat bahwa berpikir adalah pemrosesan informasi, dengan penjelasan ketika anak merasakan, kemudian melakukan penyandian, merepresentasikan, dan menyimpan informasi, maka menurutSieglerproses inilah yang disebut dengan proses berpikir. Walaupun kecepatan dalam memproses dan menyimpan informasi terbatas pada satu waktu.
2.         Mekanisme Pengubah
Siegler berpendapat dalam pemrosesan infromasi fokus utamanya adalah pada peran mekanisme pengubah. Ada empat mekanisme yang bekerja  untuk menciptakan perubahan dalam ketrampilan kognitif anak.
a.         Encoding (penyandian)
Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Dalam encoding untukmemecahkansuatu problem denganmenyandikan informasi yang relevan dengan mengabaikan informasi yang tidak relevan. Namun, anak membutuhkan waktu dan usaha untuk melatih encoding ini, agar dapat menyandi secara otomatis.
Pada proses penyimpanan informasiada tiga simpanan utama yang erat kaitannya dengan tiga kerangka waktu yang berbeda, yaitu :
1)   Memori sensoris
Memori sensori berfungsi mempertahankan informasi dari dunia, dalam bentuk sensoris yang hanya selama beberapa saat. [4]
2)   Memori jangka pendek (working memory)
Memori jangka pendek adalah system memori berkapasitas terbatas dimana informasi dipertahankan sekitar 30 detik, kecuali informasi itu diulang atau diproses lebih lanjut.
3)   Memori jangka panjang
Memori jangka panjang adalah tipe memori yang menyimpan banyak informasi selama periode waktu yang lama secara relative permanen. Kapasitas yang dimiliki memori ini tidak terbatas. [5]
Jadisemakin lama informasi dipertahankan dalam memori jangka pendek dengan bantuan pengulangan, semakin besar kemungkinannya untuk masuk ke memori jangka panjang.
Pemrosesan informasi terakhir dalam memori adalah pengambilan kembali dan melupakan. Ketika seseorang mengambil informasi dari gudang data, maka ia melakukan penelusuran untuk mencari informasi yang relevan, pengambilan informasi ini bisa dilakukan secara otomatis, bisa juga harus memerlukan usaha.
Dalam melupakan, ada beberapa istilah yang berkaitan yaitu cue-dependent forgetting atau kegagalan dalam mengambil kembali informasi karena kurangnya petunjuk pengambilan yang efektif, teori interferensi yang menyatakan bahwa kita lupa bukan karena kita kehilangan memori dari tempat penyimpanan, tetapi karena ada informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat kembali informasi yang kita inginkan, dan decay teory yang menyatakan bahwa berlalunya waktu bisa membuat orang menjadi lupa.[6]

b.        Otomatisasi
Otomatisasi adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha. Peristiwa ini terjadi karena pertambahan usia dan pengalaman  individu sehingga otomatis dalam memproses informasi, yaitu cepat dalam mendeteksi kaitan atau hubungan dari peristiwa-peristiwa yang baru dengan peristiwa yang sudah tersimpan pada memori dan akhirnya akan menemukan ide atau pengetahuan baru dari setiap kejadian.

c.         Konstruksi Strategi
Konstruksi strategi adalah penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Dalam hal ini Siegler menyatakan bahwa anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan mengkoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah.
d.        Generalisasi
Untuk melengkapi mekanisme pengubah, maka manfaat dari langkah ketiga yaitu konstruksi strategi akan terlihat pada proses generalisasi, yaitu kemampuan anak dalam mengaplikasikan konstruksi strategi pada permasalahan lain. Pengaplikasian itu melalui proses transfer, yaitu suatu proses pada saat anak mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi yang baru.[7]
3.         Modifikasi Diri
Modifikasi diri dalam pemrosesan informasi secara mendalam tertuang dalam metakognisi, yang berarti kognisi atau mengetahui tentang mengetahui, yang  di dalamnya terdapat dua hal yaitu pengetahuan kognitif dengan aktivitas kognitif.
Pengetahuan kognitif melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pemikiran seseorang pada saat sekarang, sedangkan aktivitas kognitif terjadi saat murid secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan suatu tujuan.[8]

B.     Penerapan metode Information Processing dalam pembelajaran SKI
Guru harus memahami peran dan tugas seorang guru untuk membantu siswa membentukrekamaninformasi pada siswa. Hal ini sangat berkaitan dengan fungsi memori siswa sebagai pemberian kode atau sandi, menyimpan dan menimbulkan atau memunculkan kembali atas informasi yang didapatkan siswa. Adapun tugas guru dalam membantu siswa membentuk memori permanenatau long term memory berkaitan dengan peran guru sebagai penyampai informasi. Agar tujuan tersebut tercapai maka, guru harus mengetahui struktur memori. Struktur memori terdiri dari sensory storage, short-term memory, dan long-term memory. Agar siswa sampai pada tahap permanen record memory  atau long-term memory,  maka terlebih dahulu siswa akan melalui tahap memori  yang disebut sensory storage
Pada tahap  sensory storage, guru harus mengetahui keterbatasan memori siswa dalam merencanakan dan memberikan pembelajaran. Bila guru terlalu banyak menyampaikan informasi dan terlalu cepat pula dalam penyampaiannya maka, memori siswa tidak akan mampu merekamnya dengan baik. Sebaliknya guru harus menyampaikan informasi dengan mengatur kecepatan informasi yang diberikan, memberikan waktu bagi siswa untuk memproses seluruh informasi tersebut sehingga akan terbentuk rekaman informasi yang baik pada siswa selain itu guru dapat pula mengindikasikan bahwa informasi yang disampaikan adalah penting dengan menaikan atau menurunkan intonasi suara. 
Tahap selanjutnya setelah memori siswa melalui tahap sensory stroge, adalah tahap short term memory. Pada tahap ini guru dapat melakukan pengulangan beberapa ide selama beberapa kali, kemudian berhenti sejenak untuk menuliskan poin-poin penting di papan tulis,  memberikan banyak contoh atau ilustrasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk berfikir dan mengulangi secara mental mengenai apa saja yang baru mereka pelajari. Kegiatan ini akan sangat membantu siswa dalam proses perekaman informasi menuju long term memory (memori permanen). Memori permanen merupakan bagian dari sistem memori yang dapat menyimpan informasi dalam masa yang lama. Agar memori pada siswa menuju memori permanen guru memberikan pengulangan informasi atau merancang proses pembelajaran yang mengarahkan pada prinsip pengulangan misalnya melalui pemberian tugas atau ulangan yang materinya bedasarkan kumpulan pokok bahasan materi sebelumnya yang telah dipelajari.
 Cara lain yang dapat dilakukan agar memori tersebut lama tersimpan dalam memori maka, guru dapat membantu siswa  dengan melakukan pembelajaran bermakna yaitu proses pembelajaran yang mencakup keterkaitan antara informasi baru dan sesuatu yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang melalui kegiatan pengerjaan tugas pembelajaran.


NAMA            :           M. HUSEIN MUHIBBI
NIM                :           112753

1.        Information processing dalam pembelajaran ta’dib
Ta’dib adalah salah satu istilah yang dipakai dalam dunia pendidikan Islam selain dari tarbiyah, ta’lim dan lain-lainnya.
Kata ta’dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta’diban yang artinya pendidikan (education) disiplin, patuh dan tunduk pada aturan (discipline) peringatan atau hukum (punishment) hukuman-penyucian (chastisement). Ada juga yang memberikan arti ta’dib yang berarti beradab, bersopan santun, tata karma, adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika.
Al-Attas mengartikan ta’dib yang seakar dengan adab memiliki arti pendidikan peradaban dan kebudayaan sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat yang tetap dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan. Melalui ta’dib ini al-Attas ingin menjadikan pendidikan sebagai sarana transformasi nilai-nilai akhlak mulia yang bersumber pada ajaran agama ke dalam diri manusia, serta menjadi dasar terjadinya proses islamisasi ilmu pengetahuan. Islamisasi ilmu pengetahuan ini menurutnya perlu dilakukan dalam rangka membendung pengaruh materialisme, sekularisme, dan dikotomisme ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh barat.
Dari konsep ta’dib ini, al-Attas merumuskan tujuan pendidikan Islam bukanlah untuk menghasilkan warga yang baik dan tidak pula pekerja yang yang baik. Sebaliknya, tujuan tersebut adalah untuk menciptakan manusia yang baik bukan menjadi warga yang baik. Untuk mewujudkan orang baik, perlu adanya pengkajian ulang dengan serius terhadap tiga terma ta’dib, tarbiyah, ta’lim diatas yang bermaknakan pendidikan Islam secara komprehensif yang bisa menghantarkan menjadi orang baik.
Sedangkan Robert Gagne mengatakan bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Hasil belajar adalah ketika siswa mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya. [9]
Jadi penekanan pembelajaran ta’dib dengan pendekatan information processing adalah dalam proses belajar mengajarnya. Pada dasarnya mengasuh, memelihara, memberi makan serta penerapannya hanya membentuk manusia ke arah fisikal saja. Melalui konsep ta’dib ini dapat mencetak manusia yang beradab, yang dengannya dapat terhindar diri dari sifat-sifat kezhaliman (zhulm), kebodohan (jahl), dan kegilaan (junun). Sebab Ilmu tidak dapat dipindahkan atau diajarkan (tranfer of knowledge) dengan sempurna oleh seorang guru kepada muridnya dalam proses pendidikan kecuali jika telah mempunyai adab terhadap berbagai bidang disiplin ilmu pengetahuan. Dalam hal ini jika seorang itu telah beradab, secara otomatis telah memiliki ilmu benar serta mempunyai tujuan kehidupan yang jelas mencakup spritual dan material. Oleh karena itu, pemilihan istilah-istilah kunci dalam dunia pendidikan Islam sangat menentukan perkembangannya pendidikan Islam dimasa depan.

Nama        :           Iffatul Hidayah
NIM         :           112752

1.        Pendekatan information processing dalam pembelajaran SKI di TK/RA
Pembeljaran yang digunakan dalam pendidikan tingkat TK/RA seringkali berhubungan dengan bermain dan cerita, karena daya pikir anak usia TK/RA masih bersifat imajinatif, berangan-angan atau berkhayal, dan suka bermain. Jadi pembelajaran tersebut harus disesuakan berdasarkan kebutuhan dalam psikologi perkembangan anak.
Menurut pendapat Rozieta Shaari, ahli perkembangan anak, mengatakan di dalam dunia anak-anak kecil (6 tahun ke bawah), berkhayal memang merupakan sesuatu yang penting. Pada usia tersebut, biasanya mereka belum dapat membedakan antara realitas dengan khayalan. Kemampuan berkhayal ini memungkinkan mereka untuk membangun kreativitas mereka. Di sinilah cerita-cerita dongeng, khayalan dan sejarah menjadi sesuatu yang penting bagi mereka, karena cerita-cerita tersebut merupakan suatu informasi bagi mereka yang kemudian nantinya akan bisa diambil hikmahnya.[10]
Esensi pembelajaran anak RA/TK adalah bermain sambil belajar bukan belajar sambil bermain. Melalui permainan yang diselingi dengan cerita-cerita, anak-anak akan belajar tentang kepandaian berfikir dan ketrampilan berpikir.  Mereka juga belajar memahami watak-watak atau karakter-karakter di dalam cerita itu lebih mudah
Guru yang bijak akan menggunakan pengajaran di dalam cerita-cerita seperti ini untuk membantu membentuk nilai murni sebagai bentuk hasil belajar yang diperoleh di dalam diri seorang anak. Yang mana sejalan dengan pendekatan pemrosesan informasi bahwa dalam pembelajaran information processing terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
2.        Contoh pembelajaran information processing di RA/TK.
Melalui information processing ini pendidikan dijadikan sebagai sarana transformasi nilai-nilai akhlak mulia yang bersumber pada ajaran agama ke dalam diripeserta didik, serta menjadi dasar terjadinya proses islamisasi ilmu pengetahuan sejak dini. Islamisasi ilmu pengetahuan ini perlu dilakukan dalam rangka membendung pengaruh materialisme, sekularisme, dan dikotomisme ilmu pengetahuan dimsa dewasa nanti.
Selanjutnya dalam pembelajaran sejarah, information processing digunakan untuk menunjukkan pada kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di TK/RA. Pendidikan yang berlangsung di TK/RA ini diarahkan untuk menjadikan peserta didik lebih mudah dalam mengambil ibrah dari sejarah yang ajarkan. Karena itu, materi yang diajarkan harus terkombinasikan dalam proses bermain anak seperti dalam meneladani perjuangan Rosulullah dalam menyebarkan agama islam dengan menggunakan media menunggang kuda-kudaan, bermain keluarga-keluargaan, dll.  
Sebagaimana sebuah hadist yang diriwayat oleh ad-dailami.
“Didiklah putra-putrimu sekalian dengan tiga perkara: yaitu mencintai Nabi mereka, mencintai keluarganya, membaca al-Qur’an, karena yang menghafal al-Qur’an akan berada di bawah naungan Allah, pada hari yang tidak ada perlindungan kecuali perlindungannya bersama para nabi dan para sahabatnya.” (HR. Dailami)
Oleh karenanya information processing sebagai istilah pendidikan, pada awalnya telah dipakai secara tepat oleh para tokoh islam yang secara tipikal menonjol dalam pengembangan pribadi Islam melalui pengembangan indra, akal dan moral. Istilah information processing ini tidak terbatas hanya pada aspek kognitif, tetapi juga meliputi pendidikan spiritual, moral dan sosial.



NAMA            :           MUSLIMAH
NIM                :           1127

C.       Aplikasi pendekatan information processing dalam pembelajaran SKI di MI
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan mata pelajaran yang sebatas mempelajari tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai dengan masa Khulafaurrasyidin. Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan,  membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
a.       Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam  yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
b.      Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan  sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan
c.       Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
d.      Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
e.       Mengembangkan  kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

Dalam mengaplikasikan pendekatan information processing di pembelajaran SKI anak MI, sebelumnya perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi karakter belajar anak usia MI terlebih dahulu, factor-faktor tersebut antara lain:
1.    Faktor Internal
Factor internal ini dipengaruhi oleh unsur kognitif dan fisiologis otak. Kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Aspek kognitif merupakan sisi internal yang bertanggungjawab atas proses pembelajaran. Dengan kemampuan kognitif ini anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.
 
Perkembangan kognisi atau intelektual anak berjalan secara gradual, bertahap dan berkelanjutan seiring bertambahnya umur. Walaupun dalam perkembangan kognisi pada usia-usia tertentu memiliki pola umum, tetap ada peluang bahwa sebagian anak menunjukkan perkembangan lebih awal dari pola umum tersebut. Rata-rata umumnya perkembangan kognisi anak usia MI berkisar antara 6-13 tahun mulai dari kelas 1 sampai 6. Masa ini diidentifikasi oleh piaget sebagai period ke-3 dari empat periode schemata kognisi. Keempat priode tersebut adalah:
a.    Periode sensorimotor (usia 0-2 tahun)
b.    Periode praoperasional (usia 2-7 tahun)
c.    Periode operasional konkrit (usia 7-11 tahun)
d.   Periode operasional formal (usia 11 tahun smpai dewasa)
Periode inilah yang dekat dan identik dengan usia MI. Pada usia ini siswa mampu menggunakan logika yang memadai.
2.    Factor External
Factor external ini bisa berupa stimuli dari luar dirinya. “Menurut Bandura, anak usia tingkat MI cenderung belajar dengan cara modeling, yaitu mencontoh perilaku orang lain. Melalui interaksi social anak dapat belajar melalui pengamatan” 
Masa sekolah tingkat SD/MI bisa dibagi menjai dua fase, yaitu:
a.    Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah sekitar enam tahun sampai dengan usia sekitar delapan tahun.
b.      Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar yaitu kira-kira sembilan sampai kira-kira usia dua belas. [11]

Setelah mengetahui faktor-faktor, barulah disesuaikan antara factor-faktor tersebut dengan pendekatan pembelajaran pemrosesan informasinya. Pemrosesan informasi merupakan pendekatan pembelajaran dari teori pembelajaran Perkembangan Kognitif. Perkembangan Kognitif adalah perkembangan kemampuan (kapasitas) individu untuk memanipulasi dan mengingat informasi. Pada usia awal siswa MI antara 5 atau 6 tahun, anak-anak biasanya mengetahui bahwa hal-hal yang sifatnya familiar lebih mudah untuk dipelajari dibandingkan dengan hal-hal yang tidak bersifat familiar, bahwa daftar yang pendek lebih mudah daripada yang panjang, bahwa pengenalan lebih mudah dibandingkan dengan pengingatan kembali, dan bahwa lupa akan lebih mungkin terjadi dengan seiring berjalannya waktu.
Anak usia MI masih memasuki tahap perkembangan yang sangat pesat. Berbagai otot dan tulang mengalami penguatan sehingga anak cenderung aktif dalam melakukan kegiatan fisik seperti bergerak, berlari, dan sulit diam ditempat. Secara kognitif, pemikiran anak MI sedang mengalami pertumbuhan cukup cepat. Pada usia dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif yang kaitannya dengan memproses informasi.
Jadi dalam pembelajarannya harus sesuai dengan tempatnya masing-masing peserta didik dalam kaitannya dengan realitas, kapasitas, potensi fisik, intelektual, dan spritualnya.
Misalnya dalam mempelajari tenteng hajar aswad, guru bisa menyampaikan informasi secara jelas dan muadah diterima oleh peserta didik. Guru bisa memberikan contoh atau bisa mengguankan media yang nyata untuk mempelajari hajar aswad, misalnya guru membawa dua buah batu yang dimisalkan sebagai hajar aswad. Dengan batu yang pertama berwarna hitam sebagai contoh hajar aswad pada saat ini, kemudian batu kedua berwarna putih karena pada awalnya hajar aswad warnanya adalah putih. Kemudian guru menjelaskan kenapa warna hajar aswad bisa berubah jadi hitam. Lalu memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
Maksud dari pembelajaran tersebut adalah agar peserta didik bisa lebih mudah dalam menerima informasi yang diberikan oleh guru dan mampu mengolahnya dalam bentuk ingatan sehingga peserta didik tidak mudah lupa dengan pembelajaran yang telah dilakukan.

NAMA            :           MASLIMAH
NIM                :           1127

D.      Pendekatan information processing dalam pembelajaran SKI di MTs.
Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif anak pada saat berada di MTs, berada pada tahap “Formal operation stage”, yaitu tahap ke empat atau terakhir dari tahapan kognitif. Tahapan berpikir formal ini terdiri atas dua subperiode, yaitu:
a.         Early formal operation thought, yaitu kemampuan remaja untuk berpikir dengan cara-cara hipotetik yang menghasilkan pikiran-pikiran sukarela (bebas) tentang berbagai kemungkinan yang tidak terbatas. Dalam periode awal ini, remaja mempersepsi dunia sangat bersifat  subjektif dan idealistik.
b.         Late formal operational thought, yaitu remaja mulai menguji pikirannya berlawanan dengan pengalamannya, dan mengembalikan keseimbangan intelektualnya. Melalui akomodasi (penyesuaian terhadap informasi/hal baru), remaja mulai dapat mentesuaikan terhadap bencana atau kondisi pancaroba yang telah dialalminya.[12]
Keating merumuskan lima pokok yang berkaitan dengan perkembangan berpikir operasi formal, yaitu sebagai berikut :
a.         Berlainan dengan cara berpikir anak-anak yang tekanannya kepada kesadarannya sendiri disini dan sekarang, cara berpikir remaja berkaitan erat dengan dunia kemungkinan. Remaja mampu menggunakan abstraksi dan dapat membedakan yang nyata dan konkret dengan abstrak dan mungkin.
b.         Melalui kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul kemampuan nalar secara ilmiah.
c.         Remaja dapat memikirkan tentang masa depan dengan membuat perencanaan dan mengekplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya.
d.        Remaja menyadari tentang aktivitas kognitif dan mekanisme yang membuat proses kognitif itu efisien dan tidak efisien. Dengan demikian, introspeksi (pengujian diri) menjadi bagian kehidupannya sehari-hari.
e.         Berpikir operasi formal memungkinkan terbukanya topik-topik baru dan ekspansi berpikir
Setelah mengetahui karakteristik anak MTs. diatas, barulah disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran pemrosesan informasinya. 
Pembelajaran information processing dalam pembelajaran SKI di MTs. Bertujuan agar peserta didik menjadi lebih mudah dalam menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru, sehimgga peserta didik menjadi orang yang terpelajar yakni orang baik. “Baik” yang dimaksudkannya di sini adalah beradab dalam pengertian yang menyeluruh dan meliputi kehidupan spiritual dan material seseorang, yang berusaha menanamkan kualitas kebaikan yang diterimanya. 
Contoh pembelajarannya adalah sebagaimana dalam meneladani kisah manusia yang paling beradab, mulia dan sempurna yaitu Nabi Muhammad Saw.  Guru bisa mengajak peserta didik memperagakan secara langsung kegiatan yang berhubungan dengan adab, akhlak mulia dll. Misalnya dengan memperagakan sikap beradap terhadap guru dan orangtua, guru menyuruh peserta didik berperan sebagai tokoh-tokoh tersebut secara langsung, diantara siswa ada yang berberan menjadi orang tua, menjadi anak, menjadi guru dan menjadi masyarakat sebagaimana dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian mereka mempraktekkan kebiasaan hidup sehari-hari yang berlandaskan adab dan akhlak mulia.
Dengan pembelajaran seperti itu, diharapkan peserta didik bisa secara langsung meneladani tokoh mulia Nabi Muhammad saw. Sehingga peserta didik bisa lebih lama mengingat informasi yang disampaikan oleh gurunya (memproses informasi).


DAFTAR PUSTAKA

Jhon. W Santrock,.Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, (Jakarta: Kencana, 2011)

Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar, (Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni , 2008). http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf



[1]Jhon. W Santrock,.Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 310.
[2]Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar, (Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni , 2008), h. 66. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf
[3]Ibid, hlm. 69.
[4]Ibid, hlm. 320.
[5]Jhon. W Santrock,Op.Cit,hlm. 322.
[6]Ibid, hlm. 329
[7]Jhon. W Santrock,Op.Cit , h. 379.
[8]Jhon. W Santrock,Op.Cit , h. 340.
[9] Bambang Warsita,  Op. Cit, hlm. 55
[10] Jhon. W Santrock,Op.Cit,hlm. 302.
[11] Bambang Warsita, Op. Cit, hlm. 47
[12] Bambang Warsita, Op. Cit, hlm. 48

Post a Comment for "Information Processing Dalam Pembelajaran SKI"