Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HADIST TENTANG EVALUASI PENDIDIKAN

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Didalam pendidikan evaluasi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah pesserta didik capai, agar sebagai seorang pendidik bisa mengetahui apa yang harus dilakukan dan metode apa yang seharusnya di berikan kepada anak didik tersebut. Bagaimanabisa seorang murid disebut cerdas atau pintar tanpa ada tes atau ujian yang diberikan.

Begitu pula dalam ajaran Islam, evaluasi merupakan pemahaman yang tidak baru lagi.Artinya evaluasi merupakan suatu ajaran yang seharusnya dilakukan oleh umat Islam baik individu maupun kelompok.Namun kaitannya dengan aplikasi terasa memang sangat jauh dari harapan sehingga perlu mewacanakan lagi hadits Rasulullah SAW, sebagai landasan berfikir dan pijakan dalam tindakan.

Begitu banyak hadits Shahih yang mengindikasikan tentang Evaluasi, akan tetapi penulis mencukupkan pada beberapa hadits saja untuk dibahas dan di analisis dari beberapa aspek tinjauan tanpa mengurangi entitas makna dan maksud hadits tersebut.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan?
2.      Apakah selaras antara evaluasi pendidikan dengan al-qur’an dan hadist?

 

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Evaluasi Pendidikan

Evaluasi berasal dari kata to evaluate yang berarti menilai. Nilai dalam bahasa arab di sebut al-Qiyamah. istilah nilai ini mulanya di populerkan oleh para filsuf. dalam hal ini, plato merupakan filsuf yang pertama kali mengemukakannya. Pembahasan ’’nilai’’ secara khusus di perdalam dalam kajian filsafat. Kata nilai menurut filsuf adalah idea of worth, selanjutnya, kata nilai menjadi populer. [1]

Dengan demikian secara harfiayah, evaluasi pendidikan al-Qiyamahdapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bidang pendidikan.[2]

Adajuga pendapattentang makna evaluasi dalam wacana keislaman sebagaimana yang terdapat didalam al-qur’an diantaranya;

1.    Al-Hisab, Memiliki makna mengira, menafsirkan menghitung, dan menganggap, misalnya dalam Al-Quran :
لِّلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلأَرضِۗ وَإِن تُبدُواْمَافِي أَنفُسِكُم أَوتُخفُوهُ يُحَاسِبكُم بِهِ ٱللَّهُۖ فَيَغفِرُلِمَن يَشَاءُوَيُعَذِّبُمَن يَشَاءُۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيء قَدِيرٌ٢٨٤
Artinya; “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Q.S Al-Baqarah : 284)

2.    Al-Bala, Memiliki makna cobaan ujian. Misalnya dalam al-quran: surat al-mulk ayat 2
ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلمَوتَ وَٱلحَيَوٰةَ لِيَبلُوَكُم أَيُّكُم أَحسَنُ عَمَلاۚوَهُوَ ٱلعَزِيزُ ٱلغَفُورُ ٢
Artinya; “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.

3.    Al-hukm, Memiliki makna putusan atau vonis misalnya dalam al-quran surat an-naml ayat 78.
إِنَّ رَبَّكَ يَقضِي بَينَهُم بِحُكمِهِۦۚ وَهُوَ ٱلعَزِيزُ ٱلعَلِيمُ ٧٨
Artinya; “Sesungguhnya Tuhanmu akan menyelesaikan perkara antara mereka dengan keputusan-Nya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui"

4.    Al- Qodo, Memiliki arti putusan misalnya dalam al-quran surat toha ayat 72
قَالُواْ لَن نُّؤثِرَكَ عَلَىٰ مَا جَاءَنَا مِنَ ٱلۡبَيِّنَٰتِ وَٱلَّذِي فَطَرَنَا ۖ فَٱقضِ مَآأَنت َقَاضٍ ۖ إِنَّمَاتَقضِي هَٰذِهِ ٱلحَيَوٰةَ ٱلدُّنيَآ ٧٢
Artinya; “Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja.”

5.    An-Nadhor, Memilki makna melihat misalnya dalam al-Quran surat An-Naml ayat 27
قَالَ سَنَنظُرُ أَصَدَقتَ أَم كُنت َمِنَ ٱلكَٰذِبِينَ ٢٧
Artinya;Berkata Sulaiman: "Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.[3]
Objek evaluasi pendidikan Islam dalam arti yang umumnya adalah peserta didik, atau dalam arti khusus adalah aspek-aspek tertentu yang terdapat pada peserta didik. Evaluasi pendidikan Islam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu evaluasi diri sendiri (self evaluation / instropeksi) dan evaluasi terhadap orang lain (peserta didik).
Evaluasi terhadap diri sendiri adalah dengan menggalakkan instropeksi atau penghitungan diri sendiri dengan tujuan meningkatkan kreatifitas dan produktivitas (amal saleh) pribadi. Apabila dalam  proses evaluasi tersebut ditemukan beberapa keberhasilan, maka keberhasilan itu hendaknya dipertahankan atau ditingkatkan, tetapi apabila ditemukan beberapa kelemahan dan kegagalan, maka hendaknya hal itu segera diperbaiki dengan cara meningkatkan ilmu, iman dan amal.Umar bin Khattab berkata;
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا

Artinya;“Evaluasilah dirimu sebelum engkau dievaluasi.

Statemen ini berkaitan dengan kegiatan evaluasi terhadap diri sendiri.Asumsi yang mendasar statement tersebut adalah bahwa Allah SWT mengutus dua malaikat Raqib dan Atid sebagai pengawas terhadap manusia.Karena itulah manusia dituntut selalu waspada dan memperhitungkan segala tindakannya, agar kehidupannya kelak tidak merugi.[4]
Evaluasi terhadap diri orang lain (peserta didik) merupakan bagian dari kegiatan pendidikan Islam. Kegiatan ini tidak sekedar boleh, tetapi bahkan dihaurskan.Keharusan di sini tentunya berdasarkan niat amar ma’ruf nahi munkar, yang bertujuan untuk perbaikan perbuatan sesama umat Islam.Syarat penilaian ini adalah haruslah bersifat segera dan tidak dibiarkan berlarut-larut, sehingga anak didik tidak tenggelam dalam kebimbangan, kebodohan, kezaliman, dan agar dapat melangkah lebih baik dari perilaku yang sebelumnya.

B.     Hadist Tentang Evaluasi Pendidikan

Dalam pendidikan islam, evaluasi akan objektif apabila didasarkan dengan tolak ukur Al-Qur’an atau Hadits. Didalam hadist, evaluasi dapat dilakukan dengan cararosulullah menguji sahabat tentang suatu masalah. Sebagaimana terdapat dalam riwayat berikut ini.
حدثنا قتيبة, جدثنا اسماعيل بن جعفر, عن عبدالله بن دينار, عن ابى عمر قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم, "ان من شجر شجرة لا يسقط ورقها, وإنها مثل المسلم, فحدثونى ماهى؟ فوقع الناس فى شجرة اليوادى, قال, عبدالله, ووقع فى نفسى أنها النخلة, فاستحييت. ثم قالوا, " حدثنا ماهي يارسول الله." قال, " هي النخلة." (رواه البخارى(

Artinya : Menceritakan kepada kami Qutaibat, menceritakan kepada kami Ismail ibn Ja’far, dari Abdullah Ibn Dinar, dari Ibn Umar, ia berkata, Rasulullah SAW Bersabda, “ Sesungguhnya diantara pepohonan ada satu pohon yang daunnya tidak jatuh ke tanah (secara berguguran). Pohon itu bagaikan seorang muslim. Jelaskanlah kepadaku pohon apa itu? “ orang-orang mengatakan pohon itu terdapat di pedalaman. ‘Abdullah Berkata, “ dalam benakku terbetik pikiran bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma. Akan tetapi aku malu menjawabnya. “ Orang-orang barkata “ beritahukanlah kepada kami, pohon apakah itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab Pohon kurma.” (HR. Bukhari).
Disamping menguji pemahaman sahabat, tentang ajaran agama, rasulullah juga di evaluasi oleh allah melalui malaikat jibril. Sebagaimana kisah kedatangan malaikat jibril kepada nabi Muhammad SAW. Ketika beliau sedang mengajar sahabat di suatu majlis. Malaikat jibril menguji dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengetahuan beliau tentang iman, islam dan ihsan.
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ . [ رواه مسلم ]

Artinya:” Dari Umar radhiyallahu `anhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam  suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata, “ anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) bertanya,“Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)

Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Kemudian hadits ini juga mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam ).[5]
Rasulullah SAW, juga menguji kemampuan saat pada waktu akan berangkat perang sebagaimana riwayat berikut.
حدثنا محمد بن عبد الله بن نمير, حدثنا أبى, جدثنا عبد الله, عن نافع, عن ابى عمرقال, عرضنى رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم أحد فى القتال, وأنا ابن أربع عشرة, فام يجوني. وعرضني يوم الخندق, وانا بن خمس عشرة سنة, فأجزانى. (رواه البخاري(

Artinya : menceritakan kepada Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Numair, menceritakan kepada kami ayahku, menceritakan kepada kami ‘Abdullah, dari Nafi’, dari ibn Imar berkata, “ Rasulullah SAW menguji kemampuanku berperang pada hari perang uhud, ketika aku berusia empat belas tahun, lalu beliau tidak mengizinkanku, dan beliau mengujiku kembali pada hari perang khandaq ketika aku berusia lima belas tahun, lalu beliau mengizinkanku. (HR. Muslim).
Dengan demikian evaluasi yang diterapkan pada masa rasulullah SAW adalah secara langsung melihat tingkah laku para sahabat,mendengarkan bacaan sahabat tentang ayat-ayat al-qur’an, tanpa menggunakan buku catatan sebagaimana sekarang ini. Bila belum sampai kepada ukuran yang diharapkan, Rasulullah SAW memberikan penekanan dan penambahan materi, berupa nasihat, arahan dan sebagainya.

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.             Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar dan mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena itu tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan hasil belajar.
2.             Adapun sistem penilaian yang digunakan nabi sendiri tidak menggunakan sistem laboratorial seperti dalam dunia ilmu pengetahuan modern sekarang. Namun prinsip-prinsipnya menunjukkan bahwa sistem penilaian juga terdapat dalam hadits nabi. Nabi melakukan penilaian terhadap prilaku manusia dengan memberikan penjelasan tentang tanda-tanda seseorang yang beriman.


DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milennium Baru. Jakarta: PT Logis.
Samsul Nizar. 2011, Cetakan ke-2. Hadits Tarbawi. Jakarta: Kalam Mulia.
Moh,Haitami Salim & Syamsul Kurniawan. 2010 . Study Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Ramayulis. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Catatan Kaki


   [1]Moh,Haitami Salim & Syamsul Kurniawan.’Study Ilmu Pendidikan Islam’. (Jakarta: Kencana. 2010).  Hlm. 240-241
[2]Ramayulis.Ilmu Pendidikan Islam. (jakarta: Kalam Mulia. 2010).Hlm. 221
[3]Moh.Haitami Salim & Syamsul kurniawan. Opcit. Hlm. 241-244
[4] Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milennium Baru. Jakarta: 1999. PT Logis.
[5] Samsul Nizar. Cetakan ke-2. Hadits Tarbawi. Jakarta: 2011. Kalam Mulia. Hlm. 22

Post a Comment for " HADIST TENTANG EVALUASI PENDIDIKAN"